Perubahan Sosial Akibat Pembangunan Industri
A. Latar Belakang
Titik berat pembangunan nasional Indonesia menekankan pada sektor industri, dengan harapan sektor ini dapat mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi nasional. Pengembangan industri, selain menaikkan nilai ekonomi suatu komoditi, juga dapat membuka kesempatan ekonomi bagi masyarakat, yaitu memberikan alternatif lapangan kerja baru. Untuk itu, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang menetapkan daerah-daerah tertentu sebagai daerah industri.
Pada awalnya, “… suatu industri ditempatkan di luar kota serta dekat kepada sumber tenaga dan bahan mentah” (Schneider, 1993: 430). Akan tetapi pada perkembangan setanjutnya, pendirian industri tidak lagi harus dekat dengan sumber bahan mentah.
“Lokasi pabrik akan ditentukan mengingat pengeluaran biaya minimal. Faktor faktor yang diperhatikan adalah: bahan mentah, minyak, air, modal, tenaga listrik, tanah untuk mendirikan pabrik dan fasilitas lainnya, serta masalah pengangkutan. Loksi pabrik dapat dijumpai di tiga daerah, yaitu: (1) Di daerah-daerah pada tepian kota (periphery of the city), (2) Di dekat daerah-daereh perdagangan (trade district), (3) Di sepanjang jalan dengan lalu-lintas untuk angkutan berat (heavy freight mtreffic).” (Bintarto, 1980: 68-69)
Untuk penentuan lokasi industri Ginsburg (dalam Weiner, 1981:81) mengemukakan bahwa:
“… dalam hal pengangkutan maupun pembangkit serta penyaluran tenaga sangat memperluas kemungkinan pilihan tempat Industri sehingga tidak lagi terikat pada tempat-tempat dimana terdapat sumber alam tertentu…. Bersaman dengan itu, luasnya kemungkinan untuk memilih tempat di atau dekat daerah-daerah metropolitan semakin bertambah karena perbaikan-perbaikan teknologi pengangkutan, sedangkan industri-industri yang makan tempat cenderung untuk diletakkan di daereh-daerah yang kurang padat penduduknya, yang terletak di pinggiran kota besar atau malah lebih jauh lagi dari pada itu. Hal ini pada gilirannya mengakibatkan makin cepatnya suburbanisasi daerah-daerah pedesaan yang letaknya di dekat kota-kota besar.”
Tampak bahwa faktor sarana transportasi dan tanah/lahan cukup dominan dalam penentuan lokasi Industri. Harga tanah di pinggiran kota yang relatif lebih murah dari tanah di dalam kota, dan kemudahan transportasi yang dapat memperlancar arus barang-barang produksi menyebabkan pinggiran kota cukup tepat untuk dijadikan daerah industri. Menurut Parker (1990:93): bahwa “Munculnya industri-industri baru dalam suatu wilayah akan memberikan pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja.”
Schneider (1993:430) berpendapat: “Salah satu akibat yang terpenting dari timbulnya industrialisme adalah terbentuknya komunitas-komunitas baru, atau perubahan serta pertumbuhan yang cepat dan komunitas yang sudah ada.” Peningkatan jumlah tenaga kerja dan pertumbuhan komunitas di sekitar industri yang cepat disebabkan oleh masuknya para pekerja pendatang dalam jumlah yang banyak dan menetap di daerah tersebut. Pertumbuhan komunitas ini dikarenakan “Industri membutuhkan tenaga kerja yang dapat diandalkan dan dapat masuk kerja setiap hari dan pada waktu yang tepat” (Schneider, 1993:430), sehingga para pekerja pendatang memilih bermukim di sekitar industri. “Seringkali orang-orang ini berasal dari daerah, ras, suku, atau agama yang berbeda-beda” (Schneider, 1993:437) yang mempunyai nilai-nilai yang berbeda dengan masyarakat setempat. Komunitas masyarakat setempat yang dimaksud adalah komunitas masyarakat pinggiran kota yang mempunyai sifat dan karakter tertentu.
Masyarakat pinggiran kota, menurut Cholil Mansyur (tanpa tahun:134), mempunyai ciri-ciri yang tidak jauh berbeda dengan masyarakat desa, di antaranya: “Hubungan persaudaraan erat, saling mengenal satu sama lain, hidupnya sederhana, mereka sangat menjaga tingkah laku sehari-hari dan mempunyai rasa hormat-menghormati terhadap masyarakat lain.” Ciri lainya. yang membedakan masyarakat pinggiran kota dari masyarakat desa.
“…yang paling menonjol dari masyarakat pinggiran adalah kehidupannya cepat berubah dan mudah terpengaruh, karena lokasinya yang berada di dekat kota, sehingga arus informasi dan pengaruh-pengaruh dari kota cepat sampai kepada masyarakat pinggiran. Masyarakat pinggiran juga mempunyai perhatian yang sangat besar terhadap segi paedagogis daripada saling mempengaruhi dan saling mempererat hubungan untuk menuju kesejateraan dan kemajuan dalam masalah apa pun, terutama untuk mempengaruhi dalam pendidikan sebagai hal yang pokok untuk memupuk perasaan sosial dan kecakapan untuk menyesuaikan diri dalam masyarakat.” (Mansyur, tanpa tahun:137-139)
B. Permasalahan
Dalam mengupayakan percepatan pertumbuhan ekonomi nasional, pemerintah sudah menetapkan satu kebijakan yang menjadikan industri sebagai tumpuannya. Sebagai instrumen utama dalam modernisasi, industri diharapkan dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat. Melalui industrialisasi, sistem nilai yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat modern dapat diperoleh.
Perkembangan teknologi transportasi dan pertimbangan dalam kelancaran arus barang produksi menyebabkan industri tidak harus didirikan di dekat sumber bahan mentah. Pertimbangan dalam kelancaran barang produksi, justru, lebih mendominasi penentuan lokasi pembangunan industri. Oleh karena itu, pembangunan industri di Indonesia pada umumnya dilakukan di daerah-daerah pinggiran kota.
Masyarakat pinggiran kota memiliki satu pola kehidupan tertentu yang sudah mapan. Pembangunan industri pada daerah pinggiran kota, dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Oleh karena itu, pertanyaan yang timbul adalah bagaimana perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat di lokasi industri?
C. Pembahasan
Perubahan sosial merupakan suatu perubahan struktur sosial dan pola budaya yang signifikan dan dalam jangka waktu tertentu. Perubahan struktur sosial menunjuk pada perubahan yang terjadi pada jaringan hubungan sosial yang persisten, dimana interaksi antara perorangan/individu dimana interaksi antara perorangan/individu telah menjadi rutinitas. Struktur sosial dapat juga dipahami sebagai peranan, kelompok, organisasi, kelembagaan dan perkumpulan sosial yang bersifat persisten. Perubahan kebudayaan yang menyertai perubahan struktur sosial menunjuk pada perubahan cara hidup berpikir yang dilakukan bersama-sama, termasuk di dalamnya sistem simbol dan bahasa, kepercayaan, dan nilai, dan teknologi; mulai dari teknologi yang bersifat umum sampai yang rumit, dan budaya material.
Salah sifat yang mendasar dari masyarakat adalah dinamis, artinya masyarakat terus-menerus mengalami perkembangan, seiring dengan perkembangan warga masyarakatnya. Sesederhana apa pun masyarakat, selalu terdapat penemuan-penemuan baru (sekecil apapun penemuan tersebut) yang dapat semakin mempermudah upaya masyarakat dalam mempertahankan hidup. Hal ini berarti bahwa masyarakat tumbuh menjadi semakin kompleks dan penuh dengan fungsi-fungsi yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Perkembangan masyarakat ini dapat terjadi dengan lebih cepat melalui proses inovasi ataupun proses difusi. Masyarakat tidak perlu mengembangkan berbagai teknologi secara mandiri, namun dapat pula terjadi melalui masuknya berbagai pengaruh dari luar masyarakat tersebut. Dalam proses difusi antara dua masyarakat yang berdekatan, maka bila yang satu lebih sederhana kebudayaannya daripada yang lain, masyarakat yang kebudayaannya lebih sederhana akan lebih banyak menerima kebudayaan dari masyarakat yang lebih maju atau kompleks; dan bukan sebaliknya. Teknologi modern, secara disadari atau tidak oleh warga masyarakat yang bersangkutan, telah menimbulkan adanya keinginan-keinginan dan impian-impian baru berkenaan dengan kehidupan yang dijalaninya.
Masyarakat, menurut Spencer (Lauer, 2003:80-85), adalah sebuah organisme- sesuatu yang hidup. Sebagai organisme, masyarakat mengalami pertumbuhan terus menerus, sehingga bagian-bagiannya tidak sama. Masyarakat menunjukkan peningkatan struktur. Peningkatann kompleksitas struktur berarti dalam struktur masyarakat terjadi diferensiasi, atau berarti pula bahwa dalam masyarakat terjadi peningkatan diferensiasi fungsi-fungsi. Setiap bagian yang memiliki fungsi yang berbeda, sesungguhnya tetap harus berfungsi bersama-sama untuk kehidupan keseluruhan. Antara bagian yang satu dengan lainnya saling tergantung atau saling membutuhkan. Sistem distribusi diatur untuk menopang kelangsungan hidup masyarakat.
Pertumbuhan masyarakat terjadi melalui proses diferensiasi dan integrasi terus menerus; perbanyakan unit-unit, perluasan kelompok-kelompok, dan penyatuan kelompok-kelompok, dan selanjutnya peningkatan integrasi kelompok. Integrasi yang mengikuti diferensiasi tidak hanya berarti memperbanyak massa, tetapi juga memajukan massa itu menuju hubungan antar bagian yang lebih akrab. Jadi, masyarakat berkembang dari homogen menjadi heterogen, namun proses tersebut kembali mengupayakan adanya peningkatan homogenitas.
Yang menggerakkan pertumbuhan masyarakat adalah perjuangan mempertahankan hidup. Keseluruhan proses penggabungan dan penggabungan ulang, perubahan dari homogenitas (primitif) ke heterogenitas (peradaban) mustahil terjadi tanpa konflik. Konflik, bagi Spencer, nampaknya fungsional dalam pertumbuhan masyarakat.
Industrialisasi yang disertai dengan teknologi semakin memperkuat perubahan-perubahan dalam masyarakat. Soerjono Soekanto (1987) mengemukakan:
“proses industrialisasi pada masyarakat yang agraris merupakan perubahan yang membawa pengaruh yang besar pada masyarakat. Pelbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan terpengaruh, misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan-hubungan keluarga, stratifikasi masyarakat dan keluarga.”
Bagi masyarakat agraris, industrialisasi yang terjadi melalui pembangunan industri di daerahnya, tentunya memberikan harapan-harapan kepada mereka untuk dapat memanfaatkan keberadaan industri tersebut antara lain dengan bekerja pada industri, ataupun memanfaatkan peluang ekonomi lain dari adanya industri; terlebih lagi bila lahan pertanian yang selama ini menjadi sumber ekonomi masyarakat menjadi hilang karena digunakan untuk industri.
Tidak adanya lahan garapan untuk bertani, maka harapan masyarakat tertuju pada industri yang didirikan, termasuk juga dan anggota masyarakat lain yang membutuhkan pekerjaan; terutama mereka yang sudah memasuki usia kerja den putus sekolah. Harapan masyarakat terhadap industri dihadapkan pada situasi adanya pendatang yang juga bermaksud untuk bekerja di industri tersebut.
Tenaga kerja yang dibutuhkan oleh industri adalah mereka yang mempunyai sifat yang dapat mendukung lancarnya produksi, karena yang penting adalah produksi dapat berjalan dengan lancar, tanpa adanya gangguan yang dapat menghambat jalannya produksi. Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam Industri adalah :
“… suatu angkatan kerja yang mobil, yaitu suatu angkatan kerja yang tidak terikat baik kepada tempat maupun kepada oknum…. Selanjutnya, industrialisme menuntut disiplin kerja yang ketat, yang tidak mungkin diperoleh tanpa suatu angkatan kerja yang tidak mempunyai sumber penghasilan, ikatan, hak-hak selain yang diberikan oleh Industri ltu.” (Schneider, 1993:440).
Perkembangan masyarakat dalam lingkungan industri, ternyata tidak seiring dengan perkembangan industri itu sendiri. Teknologi dan infrastruktur lainnya yang dikembangkan dalam industri tidak diikuti dengan perkembangan mental bekerja dari para pekerja, terutama dari penduduk lokal. Sehingga tuntutan pekerjaan pada industri tidak dapat diikuti oleh pekerja. Dalam hal ini, kesenjangan kebudayaan terjadi pada masyarakat agraris yang beralih dengan ke dalam industri.
Meskipun tuntutan industri terhadap pekerja cukup tinggi, industri tetap memiliki daya tarik yang tinggi pula dibandingkan dengan bekerja di sektor pertanian, terutama jam kerja yang pasti serta upah yang dapat diperoleh dengan cepat dan teratur. Pemanfaatan tenaga kerja lokal oleh industri akan berpengaruh kepada aktifitas kerja yang sudah ada di daerah sekitarnya.
“… apabila daerah perindustrian yang baru ini mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak, maka daerah tersebut akan menjadi pusat perindustrian dan segera akan mengambil alih semua aktifitas kerja yang sementara itu telah berlangsung di daerah sekitarnya…. akibat negatif yang muncul antara lain akan terjadi suatu stagnasi produksi yang disebabkan oleh pindahnya para pekerja ke daerah industri yang baru tadi.” (Dharmawan. 1986 :77)
Peralihan tenaga kerja ini tidak selalu terjadi secara langsung ke sektor industri, namun pengalihan ini terjadi ke dalam lapangan pekerjaan lain yang muncul sebagai akibat dari adanya industri, dimana pekerjaan tersebut memberikan hasil lebih menjanjikan dibandingkan dengan lapangan pekerjaan lain sebelumnya.
Perilaku kerja dan hubungan manusia merupakan dua konsep utama dalam membahas nilai dan perilaku hubungan masyarakat industri. Perubahan perilaku masyarakat dari masyarakat transisi (dari masyarakat agraris) ke masyarakat industri modern akan mengubah pola-pola hubungan kerja secara keseluruhan. Perubahan ini bersifat mendasar, yang berhubungan dengan landasan filosofi dan pandangan hidup masyarakat secara kolektif.
1. Hubungan perburuhan dalam industri akan mengubah pola perilaku manusia dalam hubungan kerja yang dibentuknya.
2. Hubungan manusia akan mengalami perubahan, sesuai dengan pergeseran penghargaan manusia terhadap konsep waktu nilai kerja, masa depan, dll. (Salim, 2002 : 151)
Pola-pola perubahan dari tempat tinggal dan pandangan hidup masyarakat berpengaruh kepada perhatian masyarakat terhadap kehidupan masa lalu dan harapan mereka kepada masa depan. Menurut Agus Salim (2002 : 152):
… tradisi nenek moyang dapat ditinggalkan tergantung kepada tingkat kebutuhan yang dirasakan. Dalam mencari tempat tinggal sudah tidak lagi memperhatikan adanya batas-batas tempat leluhur… mereka akan mengembangkan diri lebih rasional terutama dalam memilih tempat bermukim.
Rasionalisasi dalam memandang lingkungan dan kenyataan yang ada, turut mempengaruhi cara pikir masyarakat dalam mengembangkan ekspektasinya terhadap keberadaan industri dalam kaitannya dengan pekerjaan. Pada kenyataannya, industri memiliki keterbatasan dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Industri manufaktur sebagai industri yang padat modal lebih mengutamakan efisiensi dalam penggunaan berbagai sumber. Hanya pekerja yang benar-benar dibutuhkan yang dapat bekerja pada industri. Walaupun demikian, lapangan pekerjaan lain yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat cukup terbuka.
Hal ini yang oleh Hondrich (dalam Haferkamp dan Smelser) sebagai sustaining mechanism, dimana dalam proses pertumbuhan masyarakat tidak hanya terjadi differensiasi, namun juga segmentasi. Pada saat industri tidak memberikan ruang yang memadai kepada warga masyarakat memanfaatkan keberadaannya, maka secara langsung dalam masyarakat tumbuh peluang lain bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi, dimana kegiatan ekonomi yang muncul merupakan akibat ikutan dari dibangunnya industri.
Pembangunan industri pada suatu daerah, yang diikuti dengan masuknya para pekerja yang berasal dari daerah lain ke daerah tersebut, menimbulkan adanya kebutuhan lain yang perlu disediakan oleh masyarakat. Kondisi demikian memberikan kesempatan kepada masyarakat di daerah tersebut untuk dijadikan lapangan pekerjaan. Berbagai bidang pekerjaan muncul di daerah tersebut, yang sebelum berdiri industri tidak terdapat di daerah tersebut; kalaupun ada, dalam jumlah yang kecil.
Daftar Pustaka
Bintarto, R. 1989. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Edisi Revisi. Jakarta : Ghalia Indinesia
Haferkamp, H. dan Neil J. Smelser. 1992. Social Change dan Modernity. Berkeley and LA : University of California Press
Lauer, Robert H. 2003. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. (Terjemahan Alimandan). Jakarta : Rineka Cipta
Parker, S.R., RK. Brown, J. Child, dan MA. Smith. 1985. Sosiologi Industri. Jakarta : Rineka Cipta
Salim, Agus. 2002. Perubahan Sosial: seketsa teori dan refleksi metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana
Schneider, E.V. 1993. Sosiologi Industri. Edisi Kedua. Jakarta : Aksara Persada
Soekanto, Soerjono. 1987. Sosiologi Industri: Suatu Pengantar. Bandung : CV. Remadja Karya
Weiner, Myron, (Ed). 1981. Modernisasi Dinamika Pertumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada Press
Kesimpulan
• Perubahan sosial masyarakat pinggiran kota (transisi) yang dipicu oleh pembangunan industri di daerah tersebut meliputi berbagai aspek kehidupan, yang salah satunya adalah aspek ketenagakerjaan. Masyarakat pinggiran kota memiliki karakter yang cepat berubah dan mudah terpengaruh, sehingga perubahan yang terjadi dalam lingkungan cepat diadaptasi. Namun dalam hal perubahan mental bekerja, ternyata belum dapat mengikuti perubahan yang terjadi dalam teknologinya.
• Pertumbuhan masyarakat pinggiran diwarnai pula dengan tumbuhnya berbagai alternatif lapangan usaha, selain industri itu sendiri, yang dapat dimanfaatkan oleh warga masyarakat. Diferensiasi dan segmentasi dalam masyarakat didorong ke arah homogenitas, yang membuat diferensiasi dalam masyarakat tetap fungsional.
• Dengan adanya suatu industri kesuatu desa tertentu, akan membawa suatu dampak terhadap daerah atau desa tersebut baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Yang terpenting dampak positifnya lebih berperan sehingga hal-hal tersebut akan membawa kemajuan atau perkembangan desa tempat industri tersebut didirikan baik dalam hal pendidikan, maupun dalam kehidupan keluarga.
• Perubahan sosial yang terjadi dari pembangunan industri di suatu tempat yaitu terjadinya jaringan hubungan sosial antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya karena dimana antara warga yang satu dengan yang lainnya sering terjadi interaksi yang telah menjadi rutinitas yang menyebabkan keakraban antara individu yang satu dengan yang lainnya.sehingga menciptakan suatu kelompok sosial
• Karena seringnya melakukan interaksi antara individu yang satu dengan individu yng lain akan timbul kesamaan antara individu yang satu dengan yang lainnya seperti pola pikirr yang sama serta menciptakan symbol atau bahasa yang hanya dapat di mengerti oleh anggota Dalam suatu kelompok.
• Dengan adanya suatu industri pada suatu daerah terjadinya perubahan pola kehidupan masyarakat yaitu sebelum adanya industri pada suatu tempat kehidupan mereka hanya bertani tetapi setelah adanya industri berubah atau terjadinya peralihan pekerjaan dari petani menjadi buruh pabrik yang dapat meningkatkan jumlah penghasilan mereka.
• Semakin meningkatnya jumlah anak-anak yang melanjutkan pendidikannya pada tingkat yang lebih tinggi,karena tingkat penghasilan orang tua mereka semakin baik akibat terbukanya lapangan kerja dengan berdirinya industri di tempat mereka.
0 komentar:
Posting Komentar